Stuck In Love (2012)


Stuck In Love (2012) – Sayang Sampai Mentok


Holla, Viewers! Tidak terasa sudah lama saya tidak menekan-nekan keyboard untuk me-review film, mohon maaf sekali, saya tidak menjaga kekonsistenan ini... Tapi tenang, Gengs! I am back :} tentunya dengan review baru!

Kali ini gue akan ngebahas film bergenre romance yang sudah sekitar sebulan lalu gue tonton. Direkomendasikan oleh kawan gue yang meyakinkan dalam masalah per-film-an (Thank you, Mate!). Film ini berjudul Stuck In Love (7.3/10)... Galau gak tuh? Mohon maaf bagi yang sudah mengira film ini lebay dikarenakan judul, kalian boleh cek langsung, karena menurut gue ini beneran tidak ada unsur lebay.

Film ini diperankan oleh cast-cast yang rupawan dan sangat bisa mencuci mata kalian (baik untuk wanita maupun pria). Contoh nyatanya yaitu Nat Wolf dan Logan Lerman (untuk pihak wanita) serta Jennifer Conelly dan Lily Collins (untuk pihak pria). Keempat nama itu merupakan bintang utama dan tentunya akan sering muncul dibanyak scene. Tenang saja, mereka bukan hanya sebagai penghias mata, karakter yang mereka perankan juga diekspresikan dengan matang dan menurut gue  ketersampaian maksud dari plotnya sudah baik. Jadi berbahagialah kita!

Film ini dibuat menjadi tiga perspektif (diperankan oleh tiga karakter  beserta pasangannya masing-masing). Simpelnya, ada tiga cerita seputar per-cinta-an. Ketiganya jelas berbeda dalam segi sifat, background, pemasalahan, dll. Udah itu aja sinopsisnya.




Klise? Iya. Kenapa masih ditonton? Karena openingnya udah oke kalian kayak gitu juga gak? Awal yang baik niscaya akan berakhir baik pula #ea. Agak offside sedikit, jujur gue bisa menebak ending film ini, tetapi entah kenapa gue tetap nonton.. Untung saja gue masih memiliki niat mengulik kenapa gue lanjutin film ini.. karena plot ringan dan pembawaanya tidak membosankan. Pernah ga kalian ingin nonton film yang ringan aja tapi bermakna? Nah, ini dia. Ringan dan bermakna.

Kalau ditelik dari sinematografinya, bisa dibilang standard layaknya film romantis-romantis lainnya. Pemandangan oke, lighting oke, scoring oke. Nilai plus untuk perpindahan dari perspektif satu ke yang lainnya (tadi gue jelasin ada tiga sudut pandang) Shout out to Christian Ditter yang berhasil membuat perpindahan ini tidak terasa , semakin kalian tonton, kalian akan menemukannya sendiri. Tenang! Ini tidak seperti film Enemy yang riweh dan mengamplas otak, ini masih sangat bisa dimengerti. Enjoy ae.

Tapi! Ada juga yang gue kurang suka dari film ini. Tidak jauh-jauh dari detail ceritanya. Jujur gue kurang suka film yang tidak bisa terkupas tuntas, apalagi dengan iming-iming kita yang mencari sendiri kenapa itu begitu (nangkep ga?) Tolong bedakan mencari sendiri dari filmnya (Implisit) dengan mencari sendiri dengan imajinasi yang nerawang-nerawang berujung mengarang. Perihal ke-tidak-terkupas-nya itu, akan gue paparkan dibawah!

GUE AKAN SPOILER, bagi yang tidak suka, bisa langsung ke paragraf selanjutnya!


Kemanakah si cewek cantik, muda, langsing, tinggi menjulang, berambut panjang, dan ‘pengguna’ itu? Kemanakah Kate?! Oke dia sakit, rehab, atau entahlah. Tapi diakhirnya tidak dijelaskan keadaan dia bagaimana. Walaupun benar rehab, senggaknya ada beberapa detik disisakan untuk nge-shoot dia di rumah sakit, atau direhabilitasi, tetapi ini benar-benar seperti dibiarkan saja padahal dari awal peran doi cukup penting. Huhuhuhu. Tetapi sudahlah, yang terpenting keseluruhan masih asik ditonton!

Tadi diparagraf atas gue sudah menyinggung tentang makna-makna, ya? Apasih maknanya? Sebenarnya benang merahnya hanya satu.. T-u-l-u-s. Sinetron banget gaksi?.. Gak se-sinetron itu sih.. Kasusnya berat-berat dan mendalam. Mungkin kalian ada yang merasa ini gaberat, tetapi menurut gue yang latarbelakangnya belum pernah ngerasain hal seperti itu.. sampai kok nyeseknya HAHA. Bukan berarti apapun film yang buat gue nyesek itu bagus ya.. ini sudah skala hati #ea. Gue diajar untuk menyayangi siapapun yang gue sayang dengan tulus, tanpa pamrih, tanpa latarbelakang, tanpa masa lalu, tanpa rasa bersalah, tanpa rasa malu, tanpa patah semangat, tanpa ke-putus-asa-an, dan tanpa perhentian.. H E H E. Gue rada kurang setuju sama kalimat “kesempatan hanya datang dua kali” Kenapa? Karena menurut gue, kesempatan itu infinit. Siapa sih kita bisa taruh parameter “2” dalam sebuah kesempatan yang notabenenya bukan dalam kendali kita? Selagi ada niat, ada jalan :} Sudah segitu dulu review kali ini, sangat direkomendasikan untuk mengisi waktu luang! Bagi yang sudah memiliki pasangan bisa menjadi refleksi diri untuk bertanya lagi ke diri masing-masing. Apa kalian tulus?

Bye!



Ps : Bisa ditonton streaming (ofc) di web favorite gue (putlocker) atau yang ber-sub Indonesia (layar kaca)



by: Theresia Caroline


Comments

Popular posts from this blog

The Autopsy of Jane Doe (2016) - What Happened to Her?

Gone Girl (2014) - Wanita yang Hilang

Exam (2009) - Cobaan atau Ujian?